
Mengenal Masyarakat Oseng di Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, tak hanya dikenal karena keindahan alamnya seperti Kawah Ijen atau Pantai Pulau Merah, tetapi juga karena kekayaan budayanya yang sangat unik.
Salah satu kekayaan budaya yang menjadi identitas khas Banyuwangi adalah masyarakat Oseng atau Osing. Mereka adalah penduduk asli Banyuwangi yang masih menjaga adat, bahasa, hingga kuliner tradisional yang legendaris hingga kini.
Baca juga : Tempat Liburan Singkat di Ngawi 2025, Serunya Bikin Betah!
Siapa Itu Masyarakat Oseng?
Masyarakat Oseng atau Suku Osing merupakan keturunan langsung dari Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa sebelum Islam berkembang luas. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, wilayah Blambangan menjadi benteng terakhir kekuasaan Hindu di Jawa, dan masyarakat Osing adalah pewaris dari warisan budaya tersebut.
Meski tinggal di Jawa Timur, masyarakat Osing memiliki budaya yang berbeda dari suku Jawa pada umumnya. Bahasa Osing pun memiliki ciri khas tersendiri, yang merupakan perpaduan antara bahasa Jawa kuno dengan logat Madura dan Bali. Mereka juga masih memegang teguh tradisi, seperti upacara adat Tumpeng Sewu, Kebo-keboan, dan Ngopi Sepuluh Ewu, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Keunikan ini menjadikan masyarakat Oseng sebagai bagian penting dalam mozaik budaya Indonesia yang kaya. Mereka tersebar di beberapa kecamatan di Banyuwangi seperti Glagah, Rogojampi, Licin, dan Singojuruh.
Tradisi dan Kesenian Masyarakat Oseng
Budaya masyarakat Oseng tidak bisa dipisahkan dari kesenian tradisionalnya. Salah satu yang paling terkenal adalah Gandrung Banyuwangi, tarian khas yang biasa dipentaskan saat acara adat, pernikahan, atau penyambutan tamu penting. Tarian ini melambangkan rasa syukur masyarakat kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan panen.
Selain Gandrung, ada juga Barong Osing, sebuah pertunjukan mistis dengan iringan musik tradisional yang disebut Angklung Paglak. Pertunjukan ini sering dijumpai dalam upacara adat dan dipercaya sebagai bentuk perlindungan dari roh jahat.
Masyarakat Oseng juga dikenal sebagai petani dan pengrajin yang ulet. Produk kerajinan tangan mereka, seperti batik khas Osing dengan motif etnik dan warna-warna alami, menjadi oleh-oleh favorit wisatawan yang datang ke Banyuwangi.
Kuliner Khas Oseng yang Legendaris dan Menggugah Selera
Bicara soal masyarakat Oseng tak lengkap tanpa membahas kuliner khasnya yang menggugah selera. Masakan tradisional Oseng menawarkan cita rasa yang kuat, otentik, dan kaya rempah. Berikut beberapa kuliner legendaris khas masyarakat Oseng yang wajib dicoba jika berkunjung ke Banyuwangi:
1. Sego Cawuk
Sego Cawuk adalah sarapan khas masyarakat Oseng. Nasi disajikan dengan kuah pindang yang gurih dan segar, dicampur dengan parutan kelapa, jagung muda, serundeng, serta lauk seperti telur, pepes ikan, dan dendeng. Sensasi rasa gurih, manis, dan sedikit asam bercampur jadi satu, menciptakan kelezatan yang tiada duanya.
Warung Sego Cawuk legendaris yang bisa kamu coba antara lain berada di daerah Glagah dan sekitar pusat kota Banyuwangi. Biasanya buka dari pagi hingga menjelang siang.
2. Rujak Soto
Ini dia kuliner yang unik dan hanya bisa ditemukan di Banyuwangi. Rujak soto merupakan perpaduan antara rujak sayur ala Jawa Timur dengan kuah soto daging yang kental dan gurih. Meski terdengar aneh, rasa dari rujak soto justru menjadi daya tarik utama karena harmonisasi rasa pedas, gurih, dan manis dalam satu sajian.
Makanan ini sangat populer di kalangan masyarakat Oseng dan menjadi simbol kreativitas kuliner lokal. Warung legendaris rujak soto bisa ditemukan di kawasan Sobo dan Blambangan.
3. Pecel Pitik
Mengenal Masyarakat Oseng, Pecel Pitik adalah masakan tradisional yang hanya disajikan saat upacara adat atau acara penting seperti pernikahan. Terbuat dari ayam kampung yang disuwir, dicampur dengan parutan kelapa muda yang dibumbui dengan rempah khas Oseng. Proses pembuatannya dilakukan secara gotong-royong dan biasanya melibatkan seluruh warga kampung.
Kini, Pecel Pitik juga bisa ditemui di beberapa rumah makan tradisional, terutama yang mengusung konsep budaya Oseng sebagai daya tarik utamanya.
4. Uyah Asem
Uyah Asem adalah sup asam segar khas Banyuwangi yang menjadi menu favorit masyarakat Oseng. Terbuat dari daging sapi atau tetelan, kuahnya bening namun kaya akan rasa, berkat campuran belimbing wuluh, cabai, dan tomat. Cocok disantap saat cuaca panas maupun dingin karena kesegarannya yang luar biasa.
5. Kopi Oseng
Banyuwangi dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbaik di Indonesia. Di wilayah masyarakat Oseng, kebiasaan minum kopi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kopi khas Oseng diseduh dengan cara tradisional, menggunakan air mendidih dari tungku kayu, dan disajikan tanpa gula untuk menjaga cita rasa asli.
Jika berkunjung ke desa adat seperti Kemiren, kamu bisa menikmati kopi Oseng sambil menyaksikan pertunjukan budaya dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat.
Menyatu dengan Kehidupan Lokal
Mengunjungi wilayah masyarakat Oseng bukan hanya sekadar wisata kuliner atau budaya, tetapi juga pengalaman spiritual yang membawa kita lebih dekat dengan kearifan lokal. Banyak wisatawan mancanegara yang jatuh cinta dengan keramahan warga Oseng, suasana pedesaan yang asri, dan nilai-nilai luhur yang masih dijaga kuat.
Jika kamu ingin mengenal budaya Jawa Timur lebih dalam, maka menjelajahi Banyuwangi dan mengenal masyarakat Oseng adalah pilihan yang sangat tepat. Jangan lupa mencicipi kuliner khasnya yang legendaris, karena dari rasa makananlah kita bisa menyelami cerita sebuah peradaban.
Baca juga : Drama Bebek Carok: Tretan Muslim vs King Abdi