
Mbok Yem Meninggal Dunia, Akhir Perjalanan Sang Penjaga Gunung Lawu. Gunung Lawu, gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, menyimpan sejuta misteri, keindahan, dan sejarah panjang dalam dunia spiritual serta budaya Jawa. Di tengah kabut mistis dan aura keramatnya, satu sosok yang tak tergantikan selama puluhan tahun menjaga ketenangan di ketinggian 3.265 mdpl adalah Mbok Yem.
Kabar duka datang pada awal Mei 2025. Mbok Yem, penjaga warung sekaligus sosok spiritual Gunung Lawu, meninggal dunia. Kepergiannya bukan hanya kehilangan bagi para pendaki, tetapi juga untuk masyarakat yang memahami makna Gunung Lawu secara budaya dan spiritual.
Baca juga : Sejarah Mistis Gunung Lawu dan Perjalanan Hidup Mbok Yem
Kita akan membahas secara lengkap perjalanan hidup Mbok Yem, perannya di Gunung Lawu, warisannya bagi masyarakat, hingga tips penting bagi para pendaki yang ingin mengunjungi tempat yang pernah dijaganya selama lebih dari 40 tahun.
Siapa Mbok Yem?
Mbok Yem, bernama lengkap Sukiyem, dikenal luas sebagai penjaga warung sekaligus “penjaga spiritual” di kawasan Pos V (Puncak Hargo Dalem) Gunung Lawu. Selama lebih dari 40 tahun, beliau tinggal di ketinggian gunung, menjajakan makanan hangat bagi para pendaki dan melakukan ritual-ritual spiritual yang berkaitan dengan kearifan lokal dan tradisi kejawen.
Kehadirannya bukan sekadar menyediakan makanan, tetapi menjadi oase spiritual bagi banyak orang. Mbok Yem dikenal memiliki aura tenang, bijaksana, dan ramah kepada siapapun yang datang, baik pendaki pemula maupun para sesepuh spiritual.
Kehidupan di Puncak Gunung
Menjalani hidup di puncak gunung bukanlah perkara mudah. Cuaca ekstrem, keterbatasan logistik, hingga kesendirian adalah tantangan yang harus dihadapi Mbok Yem setiap hari. Namun dengan keteguhan hati, beliau memilih untuk menetap di sana, menjadikan gubuk sederhananya sebagai tempat beristirahat, makan, dan bahkan tempat meditasi.
Setiap harinya, Mbok Yem memasak nasi, sayur, tempe, dan makanan sederhana lainnya untuk para pendaki. Namun yang membuatnya spesial bukan makanannya, melainkan kehangatan dan ketulusan yang menyertainya. Banyak pendaki mengaku merasakan kedamaian saat bertemu Mbok Yem, seolah telah bertemu seorang ibu sendiri di tengah medan pendakian yang berat.
Peran Spiritual Mbok Yem
Gunung Lawu dikenal sebagai salah satu gunung paling mistis di Pulau Jawa. Konon, puncaknya menjadi tempat moksa (menghilang secara spiritual) Raja Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Banyak praktisi kejawen dan spiritualis datang ke Gunung Lawu untuk berziarah dan melakukan semedi.
Mbok Yem, yang telah lama tinggal di gunung tersebut, secara tidak langsung menjadi penjaga warisan spiritual tersebut. Ia sering mengingatkan para pendaki untuk menjaga sikap, tidak sembarangan berbicara, dan menghormati alam serta “penghuninya”. Ia sering mengadakan ritual doa dan sesajen di titik-titik tertentu, terutama di sekitar Hargo Dalem dan Hargo Dumilah.
Kabar duka datang dari Gunung Lawu
Kabar duka datang dari Gunung Lawu. Wakiyem alias Mbok Yem, pemilik warung legendaris di puncak Gunung Lawu, meninggal dunia pada Rabu, 23 April 2025 di kediamannya di Desa Gonggang, Magetan, Jawa Timur. Mbok Yem wafat di usia 82 tahun.
Mbok Yem dikenal sebagai sosok yang sangat legendaris di kalangan pendaki Gunung Lawu. Ia
dikenal karena warungnya yang menjadi titik penting bagi para pendaki
yang ingin beristirahat dan mengisi perut di puncak gunung.

Reaksi Masyarakat dan Pendaki
Banjir ucapan belasungkawa membanjiri media sosial. Banyak pendaki membagikan kenangan mereka bersama Mbok Yem. Beberapa mengatakan, “Gunung Lawu tidak akan pernah sama lagi tanpa Mbok Yem.” Bagi banyak orang, Mbok Yem bukan hanya penjaga warung, tetapi juga simbol ketulusan dan semangat hidup.
Komunitas pendaki bahkan mengusulkan agar sebuah tugu atau monumen kecil didirikan di dekat tempat tinggal beliau sebagai bentuk penghormatan. Selain itu, beberapa orang mengusulkan agar nama Mbok Yem diabadikan sebagai nama salah satu titik pos di jalur pendakian Cetho atau Cemoro Sewu.
Warisan Mbok Yem
Kepergian Mbok Yem membawa kesadaran bagi banyak orang akan pentingnya peran lokal dan nilai spiritual dalam pendakian. Di era modern yang semakin serba digital, sosok seperti Mbok Yem adalah pengingat bahwa kehidupan sejati tidak selalu ada di keramaian, melainkan bisa ditemukan dalam keheningan dan pengabdian yang tulus.
Warisan beliau tidak berupa harta, tetapi nilai-nilai luhur seperti:
- Ketulusan dalam melayani
- Kesederhanaan dalam hidup
- Hormat terhadap alam dan tradisi
- Kekuatan spiritual dalam keheningan
Gunung Lawu Setelah Mbok Yem
Kini, Gunung Lawu menghadapi masa transisi. Tanpa kehadiran Mbok Yem, siapa yang akan menjaga warung di atas sana? Siapa yang akan menjadi penjaga etika tak tertulis bagi para pendaki?
Beberapa pihak telah mulai berdiskusi untuk menempatkan generasi baru yang bisa meneruskan kiprah beliau. Namun tentu saja, sosok Mbok Yem tidak akan tergantikan. Yang bisa dilakukan adalah meneruskan semangat dan nilai-nilai yang telah beliau tanamkan.
Baca juga : Tempat Wisata Tersembunyi di Blora: Menelusuri Alam Indah dan Jejak Tokoh Bersejarah
Tips Pendakian Gunung Lawu Pasca Kepergian Mbok Yem
Bagi kamu yang ingin mendaki Gunung Lawu setelah kepergian Mbok Yem, berikut beberapa tips penting:
1. Bawa Bekal Sendiri Lebih Banyak
Tanpa warung Mbok Yem, pendaki harus lebih siap secara logistik. Bawa makanan hangat, air cukup, dan obat-obatan pribadi.
2. Jaga Etika Spiritual
Gunung Lawu tetaplah gunung yang disakralkan. Hormati tempat-tempat keramat, jangan berkata kasar, dan hindari tindakan tidak sopan.
3. Patuhi Jalur Resmi
Gunakan jalur pendakian resmi seperti Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, atau Candi Cetho. Jangan nekat mencari jalur “alternatif” yang belum jelas.
4. Jaga Kebersihan
Salah satu warisan Mbok Yem adalah kebersihan. Jangan buang sampah sembarangan. Gunung ini bukan tempat wisata biasa, tapi rumah spiritual.
5. Berdoa dan Niatkan Dengan Baik
Sebelum mendaki, niatkan dalam hati untuk menjaga dan menghormati alam. Gunung Lawu adalah tempat belajar tentang hidup, bukan hanya destinasi rekreasi.
Penutup
Kepergian Mbok Yem adalah duka mendalam, tapi juga momen untuk merenung. Sosok beliau adalah teladan nyata tentang bagaimana satu orang bisa memberikan dampak besar bagi ribuan orang. Gunung Lawu kini kehilangan salah satu penopangnya, namun semangat Mbok Yem akan terus hidup di hati para pendaki dan pencinta alam.
Kita mungkin tak lagi bisa menikmati wedang jahe hangat di tengah kabut puncak, tapi kita bisa membawa pulang nilai-nilai yang diajarkannya: hidup sederhana, melayani dengan hati, dan menjaga keseimbangan alam.
Selamat jalan, Mbok Yem. Gunung Lawu akan selalu merindukanmu.
Baca juga : Makna Spiritualitas Hari Waisak 2025: Menyelami Tiga Peristiwa Suci dalam Kehidupan Buddha