
Sosok Legendaris Gunung Lawu, Mbok Yem, Telah Tiada pada Rabu, 23 April 2025, kabar duka datang dari lereng Gunung Lawu. Sosok legendaris yang dikenal luas oleh para pendaki dan pecinta alam, Mbok Yem, telah berpulang ke hadapan Sang Pencipta.
Mbok Yem menghembuskan napas terakhirnya di usia sekitar 95 tahun di kediamannya yang sederhana di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Baca juga: Mbok Yem Meninggal Dunia: Akhir Perjalanan Sang Penjaga Gunung Lawu
Kabar kepergiannya menjadi duka mendalam, tidak hanya bagi warga sekitar Gunung Lawu, tetapi juga bagi ribuan pendaki yang pernah singgah dan merasakan keramahan serta keteguhan hidup Mbok Yem. Sosoknya adalah bagian tak terpisahkan dari kisah spiritual dan keindahan Gunung Lawu selama puluhan tahun.
Kisah Hidup Mbok Yem: Penjaga Gunung Lawu Selama Lebih dari 40 Tahun
Nama asli beliau adalah Sukinem, namun masyarakat dan para pendaki lebih mengenalnya dengan panggilan akrab Mbok Yem. Sejak tahun 1980-an, Mbok Yem memutuskan untuk menetap di puncak Gunung Lawu, tepatnya di kawasan Hargo Dalem. Di tempat tersebut, ia membuka warung sederhana yang menjual makanan dan minuman hangat bagi para pendaki.
Warung tersebut bukan sekadar tempat beristirahat. Bagi banyak orang, itu adalah “oasis spiritual“ di tengah beratnya perjalanan menuju puncak Gunung Lawu. Tak sedikit yang mengatakan bahwa keberadaan Mbok Yem memberikan rasa aman, ketenangan, dan bahkan semangat untuk melanjutkan pendakian.
Tinggal di Puncak Gunung dengan Keteguhan Hati
Mendiami puncak gunung dengan ketinggian sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut bukanlah perkara mudah. Cuaca ekstrem, kabut tebal, dan kesendirian menjadi bagian dari keseharian Mbok Yem. Namun, semua itu dijalaninya dengan penuh ketabahan dan keyakinan.
“Ini adalah pilihan hidup,” ujar Mbok Yem dalam berbagai wawancara yang pernah dilakukan. “Saya merasa damai di sini. Banyak yang mencari kedamaian dengan naik ke Lawu, dan saya merasa terpanggil untuk membantu mereka.”
Selama tinggal di Hargo Dalem, Mbok Yem dikenal sebagai penjaga spiritual Gunung Lawu. Ia memiliki pemahaman mendalam tentang adat istiadat, mitos, dan tata cara spiritual yang harus dihormati oleh para pendaki. Banyak yang percaya bahwa Mbok Yem memiliki kemampuan batin dan merupakan sosok yang sangat disegani oleh para tokoh spiritual Jawa.
Peran Sosial dan Spiritualitas Mbok Yem
Kehadiran Mbok Yem di Gunung Lawu bukan hanya penting secara fisik, tapi juga secara spiritual dan sosial. Ia dikenal sebagai sosok yang selalu memberikan nasihat, petuah, dan bahkan pertolongan kepada pendaki yang tersesat atau mengalami kesulitan.
Warung kecilnya kerap menjadi tempat berkumpul untuk berdoa, bertukar cerita, dan melepas lelah. Mbok Yem juga dikenal tidak pernah mematok harga tinggi pada makanan dan minuman yang dijualnya, meski medan yang harus ditempuh untuk membawa logistik sangatlah sulit. Semua dilakukan dengan niat tulung tinulung (tolong-menolong) dan ikhlas.
Baca juga : Makna Spiritualitas Hari Waisak 2025: Menyelami Tiga Peristiwa Penting dalam Kehidupan Buddha
Banyak pendaki yang mengatakan bahwa sebelum mencapai puncak, mereka merasa perlu “izin batin” dari Mbok Yem. Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran beliau dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam.
Meninggal Dunia di Kediamannya di Desa Gonggang
Meski dikenal tinggal di Hargo Dalem, dalam beberapa tahun terakhir kesehatan Sosok Legendaris Gunung Lawu Mbok Yem mulai menurun. Ia lebih sering berada di kediamannya di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, yang juga merupakan tempat asal keluarganya.
Pada 23 April 2025, Mbok Yem menghembuskan napas terakhirnya secara tenang di rumahnya, dikelilingi oleh kerabat dan warga desa. Suasana duka menyelimuti desa tersebut. Tangisan dan doa mengiringi kepergian sosok yang selama ini dianggap sebagai penjaga sakral Gunung Lawu.

Pemakaman dilakukan dengan sederhana, sesuai dengan wasiat Mbok Yem semasa hidupnya. Beliau dimakamkan di pemakaman keluarga di desa, dan ratusan warga hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.
Kenangan Tak Terlupakan dari Para Pendaki
Berita meninggalnya Mbok Yem dengan cepat menyebar di media sosial. Ribuan pendaki membagikan kenangan dan foto mereka bersama beliau. Banyak dari mereka yang menuliskan ucapan duka disertai dengan kalimat penuh haru seperti:
- “Mbok Yem adalah pelita di tengah kabut Lawu.”
- “Tanpa beliau, Lawu tak akan sama lagi.”
- “Kami akan terus mengenang teh hangat dan senyum tulusnya.”
Salah satu cerita paling mengharukan datang dari seorang pendaki asal Surabaya yang tersesat di jalur Cemoro Sewu. Ia mengaku dibantu oleh Mbok Yem yang saat itu tiba-tiba muncul di tengah kabut tebal dan membawanya kembali ke jalur utama. Pengalaman itu disebutnya sebagai momen mistis yang menyelamatkan nyawa.
Baca juga : Menyatu dalam Spiritualitas Budaya di Candi Borobudur
Warisan Mbok Yem: Lebih dari Sekadar Warung di Gunung
Meski warungnya sederhana, peninggalan Mbok Yem jauh melampaui bangunan fisik. Warisan terbesarnya adalah nilai-nilai luhur tentang kesederhanaan, keteguhan, cinta terhadap alam, dan kerendahan hati.
Kini, setelah kepergiannya, banyak pihak yang berharap warung Mbok Yem tetap dilestarikan sebagai situs budaya dan spiritual Gunung Lawu. Pemerintah daerah Magetan juga diharapkan turun tangan untuk menjaga dan merawat warisan ini agar tidak punah ditelan zaman.
Beberapa komunitas pendaki bahkan telah menggagas untuk membangun tugu penghormatan bagi Mbok Yem di kawasan Cemoro Sewu dan Hargo Dalem, sebagai bentuk penghargaan atas jasanya selama lebih dari 40 tahun menjaga Gunung Lawu.

Tips Mendaki Gunung Lawu untuk Menghormati Warisan Mbok Yem
Sebagai bentuk penghormatan kepada Mbok Yem, berikut beberapa tips mendaki Gunung Lawu yang juga sesuai dengan nilai-nilai yang ia junjung tinggi:
- Selalu Jaga Adab dan Sopan Santun
- Gunung Lawu bukan hanya tempat wisata, tetapi juga tempat sakral. Hormati adat dan budaya lokal.
- Bawa Sampahmu Kembali
- Jangan tinggalkan sampah di jalur pendakian. Mbok Yem selalu menekankan pentingnya menjaga kebersihan alam.
- Gunakan Jalur Resmi
- Jalur resmi seperti Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang lebih aman dan memiliki fasilitas yang lebih baik.
- Jangan Lupa Izin Spiritual
- Banyak pendaki yang melakukan ritual kecil atau berdoa sebelum naik. Ini bukan hal mistis, tapi bentuk penghormatan.
- Bersikap Ramah dan Tolong-Menolong
- Jiwa gotong royong adalah nilai penting yang selalu diajarkan Mbok Yem kepada para pendaki.
- Persiapkan Fisik dan Mental
- Gunung Lawu bukan pendakian ringan. Siapkan diri secara matang sebelum memulai perjalanan.
- Ingat, Alam Punya Aturan
- Jangan sembarangan berbicara atau bersikap di gunung. Hormati “penghuni” yang tak terlihat seperti yang sering diingatkan Mbok Yem.
Penutup: Mbok Yem Akan Selalu Hidup dalam Kenangan
Kepergian Mbok Yem adalah kehilangan besar bagi dunia pendakian Indonesia. Namun, jiwa dan nilai-nilai yang ia wariskan akan terus hidup dalam setiap langkah kaki pendaki yang menyusuri lereng Gunung Lawu.
Gunung Lawu kini tak hanya dikenal karena keindahan alam dan kisah mistisnya, tapi juga karena adanya sosok legendaris bernama Mbok Yem. Perjalanan hidupnya adalah inspirasi tentang bagaimana manusia bisa menyatu dengan alam, hidup dalam kesederhanaan, dan memberikan manfaat bagi sesama.
Selamat jalan, Mbok Yem. Terima kasih atas semua pelajaran dan keteladanan yang telah engkau berikan.
Baca juga : Sejarah Mistis Gunung Lawu dan Perjalanan Hidup Mbok Yem